Tantangan 100 Hari

Kamis, 24 April 2008
Opini
Oleh Rendra Permana

Pasangan Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf (Hade) akhirnya ditetapkan oleh KPU Jabar menjadi pimpinan kita semua warga jabar untuk lima tahun ke depan. Sebagai hasil dari pemilihan langsung yang demokratis, kita semua wajib menghormatinya. Toh hakikatnya, tidak ada yang menang atau kalah dalam demokrasi.

Kemenangan pasangan Hade adalah kemenangan semua rakyat Jawa Barat. Yang harus kita cermati bersama adalah bagaimana pasangan Hade kelak bekerja mengabdi bagi masyarakat Jawa Barat. Bila tolok ukurnya adalah 100 hari, dalam 100 hari ke depan sejak dilantik, pasangan muda ini akan menghadapi sebuah situasi sulit yang butuh perhatian serius. Setidaknya ada dua hal. Pertama, ancaman bahaya kekeringan di beberapa daerah di Jawa Barat. Musim kemarau sudah menjelang.

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) telah mengeluarkan prediksi kekeringan di beberapa wilayah di Indonesia, termasuk di Jawa Barat. Bahayaekeringan tentu saja akan berdampak pada terganggunya ketersediaan pangan yang mencukupi bagi kurang lebih 40 juta perut rakyat Jawa Barat. Terlebih dunia pun saat ini sedang mengalami krisis pangan yang terburuk sejak tahun 1980. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengabarkan, krisis pangan akan menimpa 36 negara di dunia, termasuk Indonesia. Bukan hal yang mustahil Indonesia masuk dalam negara yang akhirnya harus menerima bantuan dunia untuk masalah ini.

Bahaya kekeringan tidak hanya akan memengaruhi masalah pangan. Ia punya ekses lain, yakni ketersediaan air bersih yang minim di beberapa daerah. Belum termasuk kemungkinan berjangkitnya penyakit yang mewabah. Bila tidak tertanggulangi, dapat dipastikan bencana kelaparan dan penyakit akan segera menimpa.

Kedua, BBM yang hampir dapat dipastikan akan segera naik. Wapres Jusuf Kalla telah mengemukakan masalah ini di berbagai kesempatan. Dari tiga opsi pemerintah yakni defisit anggaran, pemangkasan atau penambahan alokasi subsidi BBM, dan pemotongan anggaran belanja pemerintah, sepertinya yang lebih realistis adalah dengan menaikkan harga BBM. Jadi, tinggal tunggu waktu saja.

Tekanan anggaran yang dihadapi pemerintah pusat akibat melonjaknya harga minyak mentah dunia, krisis ekonomi dunia, dan beban subsidi akan membuat pemerintah SBY sepertinya harus menaikkan harga BBM. Betapa pun tidak populisnya kebijakan itu, seperti kebijakan konversi energi dari minyak tanah ke gas.

Dampak nyatanya jelas yakni semakin meroketnya harga kebutuhan pokok. Tentu saja ini akan sangat memukul masyarakat, terlebih bagi kalangan masyarakat bawah. Mereka yang saat ini sudah bukan saja “rawan”, tetapi sudah “tidak memiliki” daya beli. Mari kita sama-sama catat dan saksikan, akan ada berapa jumlah orang miskin dan di bawah garis kemiskinan yang ada di Jawa Barat mulai beberapa bulan ke depan.

Sektor industri yang ada di Jawa Barat pun pasti akan terimbas pula, terlepas besar atau kecilnya. Bila industri baik besar ataupun kecil terkena imbas, dapat dipastikan pengangguran akan bertambah. Bila semua ini tidak dapat terantisipasi, bencana sosial akan terjadi di tatar ini. Kerusuhan dalam skala kecil ataupun besar, meningkatnya angka kriminalitas akan menghiasi kehidupan di Jawa Barat.

Dengan kondisi demikian, dapat dibayangkan bila pasangan Hade tidak segera meraih semua pemangku kepentingan di Jawa Barat untuk mengatasi kondisi sulit yang membayang di depan mata. Permasalahan yang dihadapi sudah melampaui batas-batas ideologi partai sekali pun. Apalagi kepentingan-kepentingan sesaat partai politik. Yang jelas, bukan zamannya lagi bila pimpinan baru kemudian melakukan aksi-aksi “tebar pesona” di awal masa pemerintahannya. Ini adalah kebiasaan buruk yang harus ditinggalkan oleh mereka yang mengusung perubahan.

Saya melihat, kondisi sulit sudah di depan mata. Solusinya bukan dengan tebar pesona. Pasangan Hade sebagai pemimpin baru saya harapkan tidak kembali terjebak ke arah demikian. Sebagai pengusung kaum muda dan perubahan, justru kebijakan yang transparan dan apa adanyalah yang harus dibuka dan dikomunikasikan pada publik. Jarang ada pemimpin yang mau membuka kesulitan-kesulitan yang dihadapi secara gamblang pada rakyatnya di negeri ini. Apalagi, pemimpin yang terbuka bercerita tentang betapa sulitnya masa datang yang akan dihadapi bersama. Kemudian mengajak semua pihak untuk melaluinya dengan perjuangan dan kesabaran sambil memberi contoh yang baik

Terkait janji kampanye, wayahna, pasti akan ditagih. Tinggal permasalahannya adalah implementasi setahap demi setahap, pertimbangan prioritas, dan seterusnya. Dengan catatan, sekali lagi, komunikasikan secara elegan kepada publik Jawa Barat.
Memang tidak enak duduk di kursi pimpinan Jawa Barat saat ini mah. Rék nu kolot rék nu ngora. Tapi bongan ayeuna mah geus kapercaya ku rahayat Jawa Barat. Wilujeng makalangan!***

Penulis, Ketua West Java Disaster Reduction Centre (WJDRSC) dan aktivis Bandung Spirit.

Sumber: Pikiran Rakyat

Tinggalkan komentar